Printed
Achmad Yani Tumbal Revolusi
Mengapa Jenderal Achmad Yani menjadi salah satu target pembunuhan dalam tragedi gerakan 1 Oktober 1965? Apakah karena perlawanannya terhadap PKI dan sikap tegasnya kepada Bung Karno?
Achmad Yani adalah sosok yang sangat inspiratif dan setia pada perjuangan revolusi: mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan kesatuan Republik Indonesia. Ia dikenal sebagai tentara cerdas dan lugas, perancang strategi perang, pemberani dan konsisten dengan profesinya.
Sejarah mencatatnya sebagai De Reder Van Magelang, karena keberhasilannya merebut kembali kota Magelang dari cengkeraman Belanda; ia berhasil menumpas pemberontakan PRRI dengan "Operasi 17 Agustus" pada 1958; dan ia juga berhasil menumpas pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dengan pasukan Banteng Raiders yang ia bentuk.
Sikap tegas dan karier militernya yang cemerlangtelah mengantarkan dirinya pada posisi puncaksebagai militer dan menjadikan dirinya dekat dengan Bung Karno. Oleh Bung Karno, ia dipercaya untuk melakukan misi pembelian senjatake luar negeri dalam rangka memperkuat Angkatan Darat dan dipercaya sebagai Kepala Staf Komando Tertinggi. Tapi, mengapa tokoh yang dikenal sebagai 'anak emas' Bung Karno ini akhirnya bersitegang dengan Bung Karno, dan bahkan dibunuh dalam tragedi gerakan 1 Oktober 1965 oleh komplotan letkol Untung dengan Dewan Revolusi?
Inilah buku yang bukan sekedar menelusuri sejarah perjuangan Achmad Yani, tetapi juga membongkar sisi politik berbagai ketegangan yang terjadi antara Bung Karno, Achmad Yani dan PKI. Sebagai seorang Nasionalis sejati, Yani telah siap menjadi martir demi tanah airnya, menghadapi PKI yang hegemonik saat itu seperti yang telah dia katakan pada seminar Angkatan Darat dalam menyusun doktrin revolusioner, 2 April 1965 di Bandung, "Mulai saat ini kita tidak akan mundur selangkah pun terhadap PKI!"
Dan benar akhirnya Yani menjadi tumbal Revolusi.
Tidak tersedia versi lain