VCD
Perancangan Model Drip Irigation Dengan Kendali Microcontroller Arduino Pada Rasied Bed Menggunakan Air Olahan Sungai Lembah Kanayakan Rinekawanaluya POLMAN Bandung
Indonesia, dengan letak geografis di khatulistiwa dan salah satu pendapatan terbesar berada di sektor
pertanian, masih belum optimal dalam mengelola sektor pertaniannya. Masalah utama yang dihadapi adalah lahan
kritis unsur hara, kurangnya hujan, dan kelangkaan cadangan air tanah. Drip irigation system merupakan metode
yang tepat, dengan memungkinkan air menetes perlahan ke akar tanaman dengan menerapkan sistem pengairan
bertekanan rendah dan volume rendah. Irigasi ini diterapkan dengan menggunakan tanah terra preta dan air olahan
hasil penelitian mahasiswa Polman.
Rancangan drip irrigation system secara umum dibuat untuk mengetahui level kelembaban tanah dengan
memanfaatkan fungsi Soil Moisture Sensor FC-28 dan DHT11 sebagai pengukur suhu ruang, Arduino UNO
sebagai otak alat yang memproses dan mengolah data, dan Solenoid Valve yang berperan untuk membuka katup
pipa sesuai hasil aktual di lapangan. Sistem dibuat agar dapat memonitoring kelembaban tanah tanaman dan
menyiram tanaman sesuai dengan kelembaban tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Ketika Soil Moisture Sensor
FC-28 mendeteksi kelembaban tanah tanaman sudah memenuhi target penyiraman maka relay akan membuat
katup Solenoid Valve terbuka untuk menyiram tanaman dan akan tertutup kembali ketika kelembaban tanah
tercapai.
Untuk mengalirkan air hasil olahan menuju tanaman, drip irrigation system menggunakan gravitasi tanpa
pompa motor, dimana tekanan air yang diberikan pada emitter haruslah 1 – 3 atm atau 101325 – 303975 Pa. Dari
hasil hitungan didapatkan tekanan pada pipa lateral sebagai tempat emitter sebesar 164720.4806 Pa, sehingga
rancangan drip irrigation system dapat dieksekusi. Aliran yang terjadi adalah turbulen karena ukuran pipa yang
dipakai sehingga tekanan total bervariasi karena adanya gesekan dan kemiringan. Semakin kecil pipa maka aliran
akan semakin turbulen, yang menyebabkan perbedaan debit air yang keluar dari emitter sehingga digunakanlah
drip emitter. Soil moisture sensor FC28 dan DHT11 berhasil mendeteksi kadar kelembaban tanah dan suhu sekitar
pengujian yang dijadikan input untuk menjalankan program sehingga drip irigation dapat berjalan secara
otomatis
Tidak tersedia versi lain