Printed
Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam
Studi mengenai teori etika Al-Ghazali & Kant mengungkapkan sejumlah titik persamaan & perbedaan. & konsekuensi-konsekuensinya MENGENAI :
1. Keunggulan Etika atas Metafisika,
2. Fungsi Konstitutif Akal Budi & Tindakan Etis. Konstitutif adalah kemampuan khas akal budi (verstand) yaitu forma kategoris...,
3. Penjelasan Kausal tentang Alam & Moralitas,
4. Peran Subjek Aktif dalam Etika,
5. Etika & Ide tentang Ilmu-Ilmu Sosial,
6. Etika Religius & Etika Filosofis dalam Transformasi Budaya,
7. Pentingnya Mengembangkan Paradigma Baru dalam Wacana Etika.
Mengkaji teori etika yang dirumuskan oleh 2 figur pemikir terkemuka & berpengaruh luas, masing-masing di dunia Islam & Barat: Al-Ghazali & Immanuel Kant. Kedua teori etika itu secara kritis diteliti untuk dipetakan persamaan & perbedaannya, serta konsekuensi praktisnya terhadap bidang-bidang lain kehidupan manusia.
Kendati sama-sama menolak metafisika spekulatif dan mengunggulkan etika atas metafisika, keduanya amat berbeda dalam metodologi. Metodologi etika kant bercorak 'rasional', sedangkan Al-Ghazali bercorak "religius", bahkan "mistis". Kant menggunakan pendekatan 'analitis', Al-Ghazali pendekatan "hipotesis" Kant menekankan 'universalitas & rasionalitas', Al-Ghazali mengandalkan "etika kawahyuan partikular (baca:Islam)".
Etika Kant pun lebih menekankan peran aktif manusia secara dinamis & otonom dalam meraih keutamaan moral sehingga membuka ruang-termasuk bagi etika keagamaan-lebih luas untuk membentuk bangunan pengetahuan yang lebih teliti & lebih utuh. Ia dapat digunakan untuk menganalisis tidak hanya persoalan substansial etika, tetapi juga implikasinya terhadap ilmu pengetahuan & kehidupan sosial.
Di pihak lain, etika mistis Al-Ghazali leibh berorientasi pada penyelamatan individu di akhirat berdasarkan doktrin agama. Dan karena penilaiannya yang rendah terhadap peran rasio dlam wacana etika, metode hipotesis Al-Ghazali membuka hanya sedikit ruang bagi pengembangan pengetahuan dalam wilayah-wilayah lain kehidupan manusia.
Akhirnya, meskipun 'hanya' membahas 2 tokoh filosof etika, buku ini membawa para pembacanya untuk menelusuri pelik-pelik argumentasi dalam inti setiap wacana etika sepanjang sejarah, termasuk dalam Islam.
Tidak tersedia versi lain