Printed
Merenungi Kiprah Polri Dalam Menangani Berbagai Kerusuhan
Sepanjang tahun 1996 sampai 1997, dan puncaknya peristiwa Tri Sakti 12 Mei 1998, di Indonesia digoyang kerusuhan terus menerus - sambung menyambung menjadi satu seperti tidak terputus-putus.
Buku ini memotret peristiwa demi peristiwa, khususnya menampilkan peran POLRI dalam peristiwa-peristiwa itu. Kita lalu melihat aneka sikap, aneka tindakan dari satuan POLRI yang menangani dan lalu menyaksikan aneka akibat dari penanganan itu. Mungkin suatu saat kita harus mengukur kinerja, keberhasilan akan kegagalan dari mereka semua dengan tujuan untuk memperoleh standar kewajaran dalam menugasi seorang perwira untuk memimpin satuan yang rawan gangguan kamtibmas.
Puncak keberhasilan sebenarnya bukan terletak pada kehebatan penanganan. Tetapi terletak pada terwujudnya suasana tata-tentram-karta-raharja, yang lalu tercegah terjadinya bentuk-bentuk gangguan kamtibmas berkadar tinggi, seperti kerusuhan dan huru hara.
Meletusnya kerusuhan dimana-mana, memang tidak mustahil karena terjadinya berbagai fenomena yang telah diidentifikasikan para pakar. Tetapi bagi POLRI harus dibaca: karena tidak mampunya KAPOLRES untuk mendeteksi kerawanan yang hidup di daerah yurisdiksinya. Kalau dia udah mendeteksi tetapi tetap terjadi, berarti dia tidak mampu mengelola satuan untuk mengamankan daerah itu. Dan dia telah gagal.
Mencermati isi buku ini terutama upaya menganalisa berbagai peristiwa, kalau POLRI mampu mempertahankannya sebagai masalah yang harus diantisipasi, maka POLRI akan sangat kaya dengan pengetahuan pencegahan gangguan kamtibmas. Apalagi kalau mampu menjabarkan dalam kriteria rinci dan tindakan counternya. POLRI berarti memiliki "buku pinter" yang handal dalam pencegahan gangguan kamtibmas. Dan dengan memahami cara-cara bertindak yang tepat, dipastikan kerusuhan yang betapapun kecilnya tidak akan terjadi di Indonesia. Harapan yang terlalu muluk? Tidak juga asal kita mau dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Tidak tersedia versi lain