Printed
Pembuatan Jig & Fixture Proses Assembly Komponen Dolly Di PT. Merten Intec Indonesia
PT. MERTEN INTEC INDONESIA merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang manufaktur yang khusus membuat alat - alat listrik. Berlokasi di kawasan industri MM2100 yang merupakan anak perusahaan dari MERTEN yang berada di Jerman. Dalam perkembangannya PT.MERTEN INTEC INDONESIA yang kemudiaan disingkat menjadi Mil telah beralih kepemilikan saham dari MERTEN JERMAN beralih ke SCHNEIDER Electrik, sehingga memaksa MII untuk mengadopsi dan menerapkan stand art baku perusahaan yang dikeluarkan SCHNEIDER Electrik. Standar baku tersebut dinamakan SPS (SCHNEIDER Production Sistem) RULES, yang menitik beratkan pada peningkatan kualitas mutu produk.
Banyak ragam alat-alat kelistrikan yang dibuat disini yang diantaranya stop kontak. . smoke detector, tempat dudukan lampu dan lain sebagainya. Salah satu produk kreasi PT. MERTEN adalah E32-1 yang merupakan jenis dari stop kontak. Produk ini sama dengan produk terdahulunya hanya saja memilki model dan tampilan yang berbeda. Produk ini terdiri dari 2 buah komponen utama yaitu Dolly dan Flush Plate. Dolly merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemutus dan penyambung dari aliran listrik, sedangkan Flush Plate sendiri berfungsi sebagai cover dari Dolly.
Produk E32-1 merupakan produk baru yang masih mengalami perbaikan dalam berbagai hal yang diantaranya proses assembly produk. Data departemen assembly menunjukan ketidak sempumaan proses assembly komponen ini, terlihat dari masih tinggi.nya reject produk. Dalam satu kali periode assembly yaitu sejumlah 1000 buah terdapat 75 produk reject atau 7.5%. Hal ini sangat lah merugikan bagi perusahaan baik dari segi waktu maupun material, ditambah lagi dengan tuntutan kebutuhan produk ini sangat tinggi.
Dari hasil pengamatan dan analisa didapat beberapa factor penyebab tingginya angka reject produk. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel prosentase penyebab rejact produk (terlampir). Dari data rersebut didapatkan bahwa salah satu factor penyebabnya adalah belum terdapatnya alat bantu assembly (35%) dan kemampuan alat sebelumnya yang kurang memadai (30%).
Sehingga dapat disimpulkan dalam proses assembly produk tersebut dibutuhkan alat bantu berupa jig and fixture, yang bermaksud untuk menyempurnakan proses assembly dan menekan angka reject produk cukup tinggi.
Tidak tersedia versi lain