Printed
The Blue Diary of Mumbai
“Dengan tangan kirinya dia menjambak rambutku dan menarik kepalaku dari ranjang. Dengan tangan kanan, dia menampar wajahku begitu keras. Dia menamparku lagi dengan punggung tangannya. ‘Sekarang, apa yang mau kau katakan?’ Aku tak sanggup melawan. Aku berbisik patuh, ‘Terimakasih. Terimakasih, Tuan.’”
Batuk terseret pada kegelapan sejak ia berusia sembilan tahun. Ia mesti merelakan sang Ayah menukar dirinya dengan lembaran rupee untuk menghuni sebuah rumah bordil di Mumbai. Menjalani hidup sebatang kara di tengah pusaran kekejian manusia, Batuk menemukan pelariannya dengan menulis pada sebuah buku catatan biru. Dia meleburkan dirinya pada kata-kata, hingga yang tersisa hanyalah harapan dalam lembar-lembar buku harian birunya. Di tengah belenggu yang mengekang hidupnya, mampukah Batuk menyelamatkan diri dari kepungan derita lewat sebuah buku catatan biru?
Tidak tersedia versi lain