Printed
Mereka Bilang Aku Kafir
Saya Muhammad Idris,lulusan sebuah pesantren. Tetapi, apa yang saya alami sungguh memalukan. Saya telah jatuh bangun dalam kelamnya sebuah doktrin yang sempat saya anggap tiket menuju surga. Apa yang saya anggap benar ternyata adalah sebuah kesalahan besar.
Diawali dari pertemuan biasa, berlanjut kepada diskusi agama, perlahan namun pasti saya hanyut dalam ajaran mereka. Sampai akhirnya, saya mengabdi total demi kepentingan mereka. Saya bekerja siang malam, saya patuh dan tunduk, saya melakukan segalanya tanpa bertanya, saya berikan semua yang saya miliki.
Sementara para pemimpinnya memperkaya diri hari demi hari, sementara pelanggaran demi pelanggaran akidah terjadi di depan mata. Saya tak sadar mata hati saya tertutup.
Sampai suatu saat, akumulasi ragu dan tanya itu pun terwujud, menjadi sebuah cahaya dalam hati. Perjuangan saya untuk melepaskan diri ini tak akan sia-sia, karena dengan menulis novel ini, saya berharap, tak akan ada lagi orang yang tersesat, hanya tak ingin dibilang kafir.
Tidak tersedia versi lain